Sabtu, 19 Mei 2018

Peran Media Sosial Dalam Rangkaian Teror Depok-Surabaya

Dalam sepekan terakhir, Indonesia dilanda rentetan aksi terorisme pola baru. Pertama aksi teror dilakukan dengan menyerang, menyandera, dan membunuh secara sadis 5 polisi di dalam kerusuhan di Rutan Mako Brimob yang disiarkan secara langsung melalui media sosial milik para pelaku (8/5/2018). Kedua, penusukan aparat kepolisian di depan Mako Brimob (9/5/2018), kemudian pada (13/5/2018), kita dikejutkan dengan lagi dengan aksi teror di tempat ibadah umat Nasrani di Surabaya. Dan terakhir pada keesokan harinya (14/5/2018) ada serangan bom bunuh diri di Mapolresta Surabaya. Selain itu ada juga percobaan penyerangan aparat kepolisian di Mako Brimob oleh dua orang gadis remaja bercadar dan penangkapan kelompok terduga teroris asal Cianjur yang menurut polisi ada yang sudah dalam perjalanan untuk melakukan serangan kepada aparat kepolisian.
Ada sebuah fakta menarik yang terungkap di media, yaitu isi BAP dua orang gadis yang mencoba menyusup ke dalam Mako Brimob Kelapa Dua Depok. (Lihat https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180513054628-12-297710/perintah-di-medsos-simpatisan-isis-buat-rusuh-di-mako-brimob )
Saya kutipkan sebagian isinya yang penting untuk kita ketahui :

Kepada Penyidik, DSM, yang merupakan pengajar Tajwid di Pesantren Darul Ulum, Cilacap, mengaku aktif mengikuti grup percakapan media sosial Whatsapp dan Telegram yang diketahuinya mendukung khilafah Islamiyah pimpinan Abu Bakar Al Baghdadi.
Pada Selasa (8/5) pukul 22.00 WIB, grup Telegram 'Taaruf Hani Ali' menginformasikan soal insiden di Mako Brimob itu. Bahwa, "ikhwan-ikhwan narapidana keluar dari sel dan menyerang pihak kepolisian".
Dalam grup percakapan Whatsapp 'Diskusi Dien', DSM menyebut bahwa Ustad Abu Abdirohman, yang merupakan ikhwan dari Depok, langsung datang ke Mako Brimob dan mengabarkan bahwa situasi Mako "sepi-sepi saja".
Abu, kata dia, kemudian memerintahkan, pertama, semua Anshor Daulah bergabung dan merapat ke Depok, membantu ikhwan-ikhwan di dalam semampunya, mulai dari bantuan harta, makanan, komunikasi, dan elektronik.
Kedua, kata dia, "Untuk membuat chaos atau rusuh di sekitar Mako Brimob Kelapa Dua."
Pada Rabu (9/5), DSM mengaku mendapat kabar bahwa 10 anggota Densus 88/Antiteror Polri terbunuh. Ia juga mengaku mendapat video yang dibagi oleh Amaq Media yang memperlihatkan sejumlah petugas tewas.
Ia kemudian tergerak. DSM menghubungi SNA, sesama anggota grup 'Turn Back Crime', melalui Whatsapp, dan mengabarkan keberangkatannya ke Bandung. SNA, yang disebut sebagai mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, mempersilakannya. DSM, yang tiba pada Kamis (10/5), kemudian dibawa adik kelas SNA untuk menginap di sebuah tempat yang disebut sebagai 'Darud Tauhid'.
Pada Jumat (11/5), DSM dan SNA berangkat ke Depok menggunakan bus melalui terminal Leuwipanjang, Bandung. Mereka tiba di Terminal Kampung Rambutan, Sabtu (12/5) pukul 01.00 WIB. Keduanya menumpang angkutan umum dan turun di Mc Donald Kelapa Dua, Depok.
Kami turun dari angkutan umum dan mencari mushola untuk sholat subuh dan istirahat, rencana kami akan melakukan aksi penyerangan di Mako Brimob pada malam hari," ujar dia, dalam BAP tersebut.
Namun, saat hendak memasuki musala keduanya langsung diamankan oleh petugas yang berpakaian preman dan dibawa ke kantor Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.
Dalam interogasi, DSM mengaku memiliki sejumlah tujuan dalam kedatangannya ke Mako Brimob. Pertama, menyusup masuk ke dalam kantor Mako Brimob untuk mencari informasi tentang keberadaan ikhwan-ikhwan dan mamastikan mereka sudah tidak berada di dalam Rutan Mako Brimob.
Kedua, apabila benar masih ada ikhwan-ikhwan di dalam rutan dirinya hendak membantu perjuangan mereka dengan menyerang aparat kepolisian sekuat tenaga.
"Dalam rangka berjuang dan berjihad di jalan Allah dan menegakan hukum Allah di Indonesia," imbuh DSM.
Senada, SNA, asal Ciamis, mengaku berencana membantu para napi Mako Brimob dengan memberikan makanan agar mendapatkan tenaga untuk melakukan perlawanan. Ia bahkan mempersiapkan sebuah gunting untuk menikam petugas.
"Apabila pada saat memberikan bantuan dihalangi oleh para anggota kepolisian yang berada di Mako brimob Kelapa Dua Depok, maka saya dan DSM sudah berjaga-jaga dengan membawa gunting untuk melakukan penyerangan kepada para thogut," cetusnya, dalam BAP terpisah.
SNA mengaku mengetahui ajaran dan berbaiat kepada ISIS sejak bergabung dengan organisasi NII KW9. Lantaran tahu organisasi itu masih setia kepada Pemerintah, ia memutuskan keluar dan mencari referensi melalui internet. Di antaranya, channel Millah Ibrahim dan Daulah.
Sementara, DSM mengenal Daulah Islamiyah dari Facebook John Tukijo dan mengenal ajaran Aman Abdurrahman, Nurdin M Top, dan Abu Bakar Baasyir dari channel Millah Ibrahim itu.
Dari internet keduanya mengetahui kalimat bait kepada Abu Bakar Al Baghdadi dan menyatakan kalimat baiat atau kesetiaannya. Dari grup percakapan Whatsapp 'Turn Back Crime' keduanya berkenalan.
 
Berita di atas pasti mengejutkan kita semua. Betapa sebuah berita tindakan radikal para pendukung ISIS yang ditambahi dengan narasi propaganda yang menyebar cepat di beberapa platform media sosial kelompok mereka, bisa membuat seseorang di kelompok itu terinspirasi untuk ikut melakukan tindakan radikal semacam itu.
Informasi dari BAP kedua gadis itu saya rasa sudah cukup untuk memberi gambaran tentang bagaimana teknologi komunikasi dan internet sangat berperan dalam proses terjadinya sebuah rangkaian teror, setidaknya dalam rangkaian peristiwa teror dalam sepekan ini.
Setidaknya ada beberapa hal yang menarik yang bisa kita ketahui dari sebagian isi BAP sebagaimana terdapat dalam berita di atas.
Pertama, informasi mengenai adanya kerusuhan antara para tahanan pendukung ISIS dengan aparat yang tersebar di berbagai pltaform media sosial para Anshar Daulah (sebutan pendukung ISIS yang di luar penjara) telah menggugah rasa solidaritas ingin membantu atau turut berpartisipasi dalam kerusuhan itu. Buktinya ada yang kemudian mengecek ke Mako Brimob dan memberikan instruksi agar semua Anshor Daulah bergabung dan merapat ke Depok, membantu ikhwan-ikhwan di dalam semampunya, mulai dari bantuan harta, makanan, komunikasi, dan elektronik dan untuk membuat chaos atau rusuh di sekitar Mako Brimob Kelapa Dua.
Kedua, kedua orang gadis itu mengenal ISIS dan pemahaman radikal melalui internet sampai kemudian mereka mengetahui kalimat baiat dan berbaiat kepada Abu Bakar Al Baghdadi. Semua itu mereka peroleh dalam waktu yang singkat.
Ketiga, ternyata mereka ini yaitu para Anshar Daulah pikirannya benar-benar sempit. Terlihat dari tujuan mereka yang ingin membantu perjuangan rekan-rekan mereka yang sedang terlibat kerusuhan dengan aparat dan menciptakan chaos di Mako Brimob. Memangnya kalau sudah chaos mau ngapain lagi ? Apakah kaum muslimin lalu ikut-ikutan membuat chaos atau justru mereka akan ditumpas habis oleh aparat ? Belum lagi ketidaktahuan mereka akan situasi dan keadaan Mako Brimob tapi memerintahkan agar pada berdatangan ke Mako Brimob. Dan kedua gadis itu adalah korban instruksi “orang-orang bodoh” yang taunya hanya ngomong “ ayo dukung ikhwan-ikhwan kita, jangan sia-siakan pengorbanan ikhwan-ikhwan, ayo bantu serang thoghut yang sedang kerepotan menghadapi ikhwan-ikhan kita, dst..dst...” tanpa mengetahui persis kondisi yang ada, apalagi strategi cara membantunya.
Saya paham betul pola pikir dan kebiasaan mereka. Saya pernah lama berinteraksi dengan mereka dan mengamati tingkah laku mereka di media sosial. Jadi, berita di atas bagi saya tidak terlalu mengejutkan.
Yang paling mengejutkan saya adalah modus tindakan teror mereka dalam sepekan ini yang semakin nekat dan ngawur. Menyandera, membunuh, dan menyerang dengan bom bunuh diri bersama seluruh anggota keluarganya benar-benar sebuah modus baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pemicu atau awal dari rangkaian peristiwa teror yang merupakan tindakan dari kelompok radikal dalam sepekan itu adalah peristiwa rusuh di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok yang berlanjut dengan penyanderaan dan pembunuhan beberapa angota POLRI yang berlangsung selama dua hari.
Meskipun akhirnya drama teror itu berakhir dengan menyerahnya mereka semua, tetapi kita semua sekarang harus merasakan dampak tersebarnya aksi drama teror di RMB melalui media sosial di kalangan pendukung ISIS yang kemudian menginspirasi mereka untuk melakukan aksi serupa atau menjadikan peristiwa itu sebagai “burning point” bagi aksi-aksi yang ingin mereka lakukan dan sudah mereka persiapkan.