Dalam film
Kungfu Panda 3, si tokoh utama yaitu Po dan kawan-kawannya harus menghadapi
seorang penjahat maniak ‘Chi’ yang
bernama Kai. Untuk bisa mengalahkan Kai, Po harus bisa menguasai teknik
penggunaan Chi di mana dia harus
mempelajarinya di kampung panda tempat kelahirannya. Ketika Kai telah
mengalahkan semua pendekar Istana Jade termasuk Shifu dan hanya menyisakan
Tigres, harapan untuk mengalahkan Kai tertumpu pada Poo seorang. Celakanya dia
belum menguasai Chi ketika Tigres
datang memberitahukan kekalahan para Pendekar Istana Jade.
Pada saat itu
dia kecewa dengan ayahnya yang ternyata tidak bisa mengajarinya membangkitkan Chi dan bahwa yang dia lakukan selama
ini hanyalah mempelajari kehidupan masyarakat kampung Panda, sementara Kai
semakin merajalela, akhirnya dia menemukan sebuah titik balik setelah mendengar
perkataan ayahnya. Saya kutipkan dialog penting yang paling saya ingat dalam
film itu.
“ Kau tak akan
bisa mengalahkan Kai dan pasukan Zombienya Kecuali kau punya pasukan sendiri
yaitu kami dan kita semua”, begitu kata ayahnya.
“ Tapi kalian
tidak bisa kungfu ?”, sergah Po.
“ Kau akan
mengajari kami. Kami bisa belajar kung fu. Kami bisa jadi sepertimu”, kata
ayahnya lagi.
Tiba-tiba Po
teringat kata Master Shifu beberapa waktu sebelumnya, bahwa Shifu mengajarinya
kungfu bukan agar bisa menjadi seperti dirinya, tetapi agar Po bisa menjadi
dirinya sendiri yang lebih hebat dari Master Shifu sebagaimana harapan Master
Oogway.
Dengan
tersenyum Po kemudian berkata : “Kalianmemang tidak bisa kungfu.Dan kalian tak
perlu jadi diriku.Aku tak perlu merubah kalian sepertiku.Aku akan merubah
kalian jadi kalian”.
Semua yang
mendengarnya kebingungan, hanya Po seorang yang tersenyum senang.
Keesokan
harinya Po mulai belajar menjadi seorang Guru yang mengajarkan ‘kungfu’ kepada
semua panda yang ada di kampung panda.
“ Kekuatan
kalian datang dari keahlian utama kalian.Siapa kalian? Apa yang kalian kuasai?
Apa yang kalian sukai? Apa yang membuat kalian jadi kalian?”, itulah perkataan
Po kepada para Panda sebelum ia mulai mengajarkan ‘kungfu’.
Yang ia
ajarkan kemudian hanyalah mengasah dan meningkatkan kemampuan yang sudah
dimiliki oleh para panda itu sebelumnya seperti : anak-anak penendang pangsit,
gadis pemain tongkat dan pita, yang suka berguling-guling dari atas bukit, yang
suka melemparkan diri dengan ketapel pohon bambu, sampai yang hanya suka
memeluk orang. Semuanya diasah dan ditingkatkan lagi sampai cukup untuk bisa
digunakan dalam menghentikan serangan lawan. Jadi yang Po lakukan hanyalah berkata
“ Bagus, Tingkatkan lagi”, tanpa mengajarkan gerakan-gerakan kungfu yang ia
kuasai.
Sampai
akhirnya ketika semua telah dirasa cukup, barulah Po memaparkan strateginya.
Yang intinya adalah semua harus disiplin menempati posnya masing-masing, semua
harus bergerak sesuai komando darinya, dan semua harus fokus pada yang
dihadapinya masing-masing. Po sendiri bertindak sebagai umpan yang memicu semua
rangkaian strategi itu dan yang akan mengakhirinya.
Sebuah potret
kerjasama dan kekeluargaan yang indah, yang menghasilkan sebuah kekuatan besar
tanpa merubah apapun yang ada pada masing-masing panda di kampung panda
tersebut. Semua panda bekerja dengan keahliannya masing-masing, tetapi
mengikuti arahan dan komando dari Po. Karena Po menyadari bahwa kekuatan
terbesar adalah pada hal yang paling dikuasai dan paling disukai. Tidak ada yang
perlu diubah, hanya perlu ditingkatkan dan diarahkan.
Itulah yang seharusnya kita lakukan pada
segenap komponen umat Islam. Kita tidak perlu mengubah mereka menjadi jihadis
semua atau menjadi da’i semua atau menjadi ilmuwan semua. Karena pada dasarnya
semua orang telah memiliki bekal keahlian unik masing-masing untuk menunjang
kesuksesan mereka. Yang perlu kita lakukan adalah memotivasi mereka dan
mengarahkan potensi mereka. Ya...! Kita hanya perlu berkata “ Bagus, Tingkatkan
lagi” kepada semua komponen umat Islam. Hingga pada saatnya nanti kita menyusun
strategi bersama dan masing-masing orang harus disiplin dan fokus pada tugasnya
masing-masing demi tercapainya cita-cita bersama.
Bukan dengan
berkata : “Kalian harus mengikuti jalan kami jika ingin memperjuangkan Islam”,
yang berarti membatasi jalan perjuangan hanya pada jalan yang ditempuh oleh
sekelompok orang. Juga tidak dengan berkata : “Kalian ini salah, kalian tidak
akan bisa mencapai tujuan kalian dengan cara seperti itu” yang berarti
merendahkan semua jerih payah mereka selama itu. Kita harus menghargai semua
usaha yang telah dilakukan oleh segenap komponen ummat meskipun pasti kita
temukan banyak kesalahan dan kekurangannya. Dan kita harus menyadari bahwa
tanpa mereka perjuangan kita tidak akan berhasil.
Bila
diringkas, pelajaran yangbisa saya ambil dari kisah Po dan kawan-kawan itu
adalah :
1. Bahwa kekuatan
yang sebenarnya adalah apa yang ada pada diri kita masing-masing dan kita lah
yang paling tahu bagaimana memaksimalkannya.
2. Kesuksesan
seseorang memang kita perlukan sebagai inspirasi, tapi kita tidak akan pernah
bisa sama dengan kesuksesan orang itu. Kita bahkan seharusnya bisa lebih hebat
dari dari orang yang menjadi inspirasi kita itu. Itulah yang diinginkan seorang
guru pada murid-muridnya. Dan seharusnya itu pulalah yang kita inginkan dari
para generasi penerus.
3. Kekuatan yang
dahsyat akan lahir jika kita bisa saling bekerjasama dan saling melengkapi
Demikianlah
pelajaran yang saya ambil dari kisah Po dan kawan-kawannya. Mungkin terdengar
konyol, seorang jihadis kok belajar dari kisah dalam film. Tapi bagi saya itu
pelajaran yang sangat menginspirasi. Dan jujur, saya ingin seperti Po yang bisa
menjadi inspirasi dalam meningkatkan potensi umat Islam dan bisa menjadi tali
yang mengikat potensi ummat itu menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat. Dan untuk
itu saya harus bisa diterima oleh semua komponen ummat, dan saya tidak boleh
berjuang sendirian.