Pasca
deklarasi Khilafah/Daulah itu, ISIS mulai merilis video-video tentang praktek
penegakan syari’at yang mereka lakukan di wilayah mereka, termasuk video
eksekusi para tawanan yang selalu mereka nyatakan sebagai tindakan atas nama
Daulah/khilafah yang juga berarti mewakili kaum muslimin di seluruh dunia (
karena mereka menggap daulah mereka adalah daulah bagi seluruh kaum muslimin).
Mereka juga
rajin merilis pernyataan jubir mereka yang isinya selalu mencela kelompok lain (
bahkan sekelas Al Qaidah pun tak luput dari celaan dan vonis kejam mereka) dan
seruan untuk terus menetapi jalan yang telah dipilih yaitu berbaiat kepada ISIS
dan berpegang teguh dengan prinsip yang telah dipilih serta mengajak untuk
segera berbaiat dan bergabung dengan mereka. Tidak usah memperdulikan
kelompok-kelompok di luar ISIS karena mereka itu seharusnya melebur ke dalam daulah/khilafah.
Di sisi lain mereka juga semakin gencar merilis potret keberhasilan mereka
dalam mengelola wilayah mereka dengan segala narasi yang indah-indah.
Makin lama
bahasa yang dipakai dalam pernyataan jubir mereka semakin tajam menusuk. Mereka
beralasan karena dengan semakin lamanya keberadaan daulah/khilafah berarti
semakin tidak ada udzur bagi orang untuk berbaiat dan bergabung dengan mereka.
Menurut mereka rilisan tentang potret keberhasilan mereka dalam menegakkan
syariat dan mengelola wilayah yang mereka kuasai adalah bukti bahwa
daulah/khilafah mereka memang layak memimpin ummat. Sehingga ketika ada
kelompok yang tidak kunjung berbaiat akan divonis sebagai kelompok yang dungu.
Jika ada orang atau kelompok yang mengkritik maka akan divonis sebagai
pendengki yang tidak suka dengan apa yang diperoleh dan dilakukan
daulah/khilafah. ( Para pendukungnya di
Indonesia ada yang menambahi sebutan bagi orang yang mengkritik daulah itu
sebagai orang yang tidak suka terhadap penegakkan syariat oleh daulah/khilafah
sehingga Islamnya dipertanyakan. Super sekali !)
Sedangkan
bagi kelompok-kelompok pejuang di Suriah/Iraq yang tidak mau berbaiat dan tidak
menuruti permintaan mareka atau menghalangi pergerakan mereka, maka atas nama
daulah/khilafah mereka tidak segan-segan untuk menghabisinya lebih dulu. Karena
bagi mereka, kelompok-kelompok itu salahnya sendiri tidak mau berbaiat yang
berarti keberadaan mereka bertentangan dengan syariat sehingga tidak mengapa
jika diperangi. ( Cek kembali isi teks deklarasi khilafah )
Sementara di
sisi yang lain setiap ada kelompok (baca : kelompok jihad) terutama yang di
luar Suriah dan Iraq yang berbaiat mereka harus merilis video resminya, yang
akan dijadikan bukti bahwa daulah/khilafah mereka diakui dan didukung
orang-orang di luar Suriah/Iraq. Sekaligus juga untuk diklaim bahwa wilayah
yang dikuasai oleh kelompok itu sebagai bagian dari wilayah mereka, yang mana
konsekwensinya di wilayah itu harus diperlakukan sebagaimana wilayah yang telah
dikuasai ISIS selama ini.
Selanjutnya
dalam rilisan-rilisan resmi mereka berikutnya, disampaikan bahwa setiap orang
atau kelompok yang telah berbaiat wajib hukumnya melaksanakan apapun yang
diperintahkan oleh khalifah mereka ( termasuk akhir-akhir ini yang
memerintahkan agar menghidupkan jihad di wilayah masing-masing ketika tidak
mampu bergabung ke Suriah/Iraq sebagi bentuk pembelaan terhadap daulah/khilafah
), dan wajib mengikuti manhaj
(pedoman) resmi daulah/khilafah. Sehingga tidaklah mengherankan jika para
pendukungnya di Indonesia semakin kuat dalam mendebat dan mencela orang-orang
di luar yang pro daulah/khilafah. Mereka semakin resisten terhadap pendapat di
luar yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama ISIS. Ulama-ulama ISIS telah
menjelma menjadi tokoh suci yang wajib diikuti pendapatnya atas nama perintah
(kebijakan) khalifah. Tak peduli jika
pendapat mereka itu nyeleneh atau bertentangan dengan banyak ulama di luar
ISIS, mereka tetap bangga dengan pendapatnya itu karena itu pendapat resmi daulah/khilafah yang mana orang di luar
mereka tidak punya daulah/khilafah.
Bahkan di
lapas saya saksikan sendiri mereka mengajarkan buku-buku pelajaran yang
merupakan buku resmi yang diterbitkan oleh daulah/khilafah. Tapi sekali lagi
saya hanya mendapati buku yang membahas tauhid saja yang mereka ajarkan, dan
isinya pun nyaris sama dengan yang selama ini sudah mereka ajarkan. Bedanya
kali ini mereka menekankan bahwa yang mereka ajarkan itu adalah manhaj resmi daulah/khilafah.
Di sini ada
kesamaan antara pola yang dilakukan para ustadz radikal dan para pemimpin ISIS
dalam menjaga loyalitas para pendukungnya, yaitu dengan menimbulkan keragu-raguan
terhadap kelompok di luar mereka ( termasuk ulama ) dengan cara mencela mereka,
mengungkapkan aib dan kejelekan mereka. Dan pada saat yang sama mereka
menekankan kepada para pendukungnya bahwa jika mereka (para pendukung mereka) menyimpang dari yang selama ini mereka jalani,
maka akan sia-sia saja apa yang telah mereka lakukan selama ini, mereka akan
sama statusnya dengan orang-orang di luar kelompok mereka.
Setiap ada
bantahan atau kritikan dari ulama atau dari kelompok lain, para pemimpin ISIS
itu akan serta merta segera menyerang balik para pengkritik itu dengan
mengungkapkan kejelekan mereka, atau berdalih dengan adanya daulah/khilafah
maka mereka itu tak ubahnya seperti para pembangkang yang tidak mau tunduk pada
daulah/khilafah. Para pemimpin ISIS itu ketika menjawab kritikan sedikit sekali
menggunakan dalil ilmiah atau kalau pun menggunakan dalil ilmiah maka dalil itu
masih lemah. Mereka lebih sering menampilkan bahwa mereka lebih baik dari para pengkritik itu
dengan jalan menjatuhkan pribadi sang pengkritik, bukan dengan beradu argumen
ilmiah.
Hal ini juga
persis yang dilakukan para pengikut mereka di Indonesia. Ingin terlihat benar
dengan menyalahkan orang lain. Ingin terlihat tinggi dengan merendahkan orang
lain. Ingin terlihat mulia dengan menghina orang lain. Itulah gambaran
sederhana mayoritas para pendukung ISIS. Bagaimana tidak seperti itu, lha wong itu “sikap resmi”
daulah/khilafah mereka.
Dalam
perkembangan selanjutnya di Indonesia, para pendukung ISIS ini semakin aktif menyebarkan
tentang deklarasi daulah/khilafah mereka itu melalui akun-akun media sosial
mereka disertai berita-berita tentang keberhasilan yang dicapai
daulah/khilafah.
Hal ini
rupa-rupanya menarik orang-orang yang baru belajar Islam di dunia maya. Awalnya
mereka tertarik dengan berita tentang konflik Suriah dan mereka merasa senang
bisa mengetahui dari para “jihadis dunia maya” yang memiliki jalur berita yang
terpercaya langsung ke Suriah. Lalu perlahan-lahan mereka digiring untuk masuk
ke dalam channel atau grup khusus para pendukung ISIS sehingga lambat laun
mereka mulai terpengaruh oleh pemikiran para pendukung ISIS itu. Setelah mulai
terpengaruh, mulailah doktrin-doktrin maut mereka jejalkan ke dalam hati dan
pikiran orang yang baru bergabung itu. Doktrin-doktrin yang berkutat pada
pemahaman tauhid yang sempit dan kewajiban untuk bergabung dengan
daulah/khilafah yang telah terwujud sebagai bukti dari meyakini kebenaran Islam
dan menolak yang di luar Islam. Saya mengetahui hal ini karena saya lama
mengikuti grup-grup dan channel-channel Telegram
mereka sebagai silent reader.
Apalagi jika
mereka menemukan orang ( baik di dunia nyata maupun di dunia maya ) yang ingin
bertaubat dan belajar Islam, itu merupakan makanan empuk bagi mereka. Mereka
langsung mendoktrin bahwa syarat taubat adalah bertauhid yang benar ( tentu
saja tauhid menurut pemahaman mereka), kemudian digiring untuk mengakui dan
membenarkan keberadaan daulah/khilafah dengan jalan berbaiat. Jika tidak maka
taubatnya dianggap main-main, tidak sempurna, dst. Itulah beberapa doktrin maut
mereka yang pernah saya jumpai.
( Saya pribadi ingin tahu dari perspektif
para psikolog, bagaimana cara keluar dari pengaruh doktrin-doktrin itu pada
orang yang sedang bertaubat itu ? Menurut saya ini penting, agar jangan sampai
orang yang baru bertaubat dan belajar Islam ketika bertemu dengan orang semacam
itu tidak mudah terpengaruh dan bisa segera keluar dari jeratan orang-orang
radikal itu. Barangkali ada di antara pembaca sekalian yang merupakan ahli
psikologi yang berkenan berbagi ilmu dengan saya. Silahkan masukkan email di
dalam komentar untuk saya tindaklanjuti.)
Dan setelah
mengetahui akan semua ini, sekarang Anda mungkin baru memahami mengapa radikalisme di era ISIS
berkembang lebih cepat daripada era sebelumnya. Sekian uraian saya seputar Fenomena
ISIS dan Dampaknya Pada Penyebaran Radikalisme. Semoga Bermanfaat.
NB : Anda dapat melihat salah satu artikel dari
media online umum yang mendukung fakta yang ceritakan di atas di sini =>>
http://kbr.id/nasional/12-2017/peneliti_beberkan_cara_isis_meradikalisasi_tki_lewat_medsos/94053.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar