Kamis, 15 Februari 2018

Fenomena ISIS dan Dampaknya Pada Penyebaran Radikalisme (2)



Pasca deklarasi Khilafah/Daulah itu, ISIS mulai merilis video-video tentang praktek penegakan syari’at yang mereka lakukan di wilayah mereka, termasuk video eksekusi para tawanan yang selalu mereka nyatakan sebagai tindakan atas nama Daulah/khilafah yang juga berarti mewakili kaum muslimin di seluruh dunia ( karena mereka menggap daulah mereka adalah daulah bagi seluruh kaum muslimin).
Mereka juga rajin merilis pernyataan jubir mereka yang isinya selalu mencela kelompok lain ( bahkan sekelas Al Qaidah pun tak luput dari celaan dan vonis kejam mereka) dan seruan untuk terus menetapi jalan yang telah dipilih yaitu berbaiat kepada ISIS dan berpegang teguh dengan prinsip yang telah dipilih serta mengajak untuk segera berbaiat dan bergabung dengan mereka. Tidak usah memperdulikan kelompok-kelompok di luar ISIS karena mereka itu seharusnya melebur ke dalam daulah/khilafah. Di sisi lain mereka juga semakin gencar merilis potret keberhasilan mereka dalam mengelola wilayah mereka dengan segala narasi yang indah-indah.
Makin lama bahasa yang dipakai dalam pernyataan jubir mereka semakin tajam menusuk. Mereka beralasan karena dengan semakin lamanya keberadaan daulah/khilafah berarti semakin tidak ada udzur bagi orang untuk berbaiat dan bergabung dengan mereka. Menurut mereka rilisan tentang potret keberhasilan mereka dalam menegakkan syariat dan mengelola wilayah yang mereka kuasai adalah bukti bahwa daulah/khilafah mereka memang layak memimpin ummat. Sehingga ketika ada kelompok yang tidak kunjung berbaiat akan divonis sebagai kelompok yang dungu. Jika ada orang atau kelompok yang mengkritik maka akan divonis sebagai pendengki yang tidak suka dengan apa yang diperoleh dan dilakukan daulah/khilafah. ( Para pendukungnya di Indonesia ada yang menambahi sebutan bagi orang yang mengkritik daulah itu sebagai orang yang tidak suka terhadap penegakkan syariat oleh daulah/khilafah sehingga Islamnya dipertanyakan. Super sekali !)
Sedangkan bagi kelompok-kelompok pejuang di Suriah/Iraq yang tidak mau berbaiat dan tidak menuruti permintaan mareka atau menghalangi pergerakan mereka, maka atas nama daulah/khilafah mereka tidak segan-segan untuk menghabisinya lebih dulu. Karena bagi mereka, kelompok-kelompok itu salahnya sendiri tidak mau berbaiat yang berarti keberadaan mereka bertentangan dengan syariat sehingga tidak mengapa jika diperangi. ( Cek kembali isi teks deklarasi khilafah )
Sementara di sisi yang lain setiap ada kelompok (baca : kelompok jihad) terutama yang di luar Suriah dan Iraq yang berbaiat mereka harus merilis video resminya, yang akan dijadikan bukti bahwa daulah/khilafah mereka diakui dan didukung orang-orang di luar Suriah/Iraq. Sekaligus juga untuk diklaim bahwa wilayah yang dikuasai oleh kelompok itu sebagai bagian dari wilayah mereka, yang mana konsekwensinya di wilayah itu harus diperlakukan sebagaimana wilayah yang telah dikuasai ISIS selama ini.
Selanjutnya dalam rilisan-rilisan resmi mereka berikutnya, disampaikan bahwa setiap orang atau kelompok yang telah berbaiat wajib hukumnya melaksanakan apapun yang diperintahkan oleh khalifah mereka ( termasuk akhir-akhir ini yang memerintahkan agar menghidupkan jihad di wilayah masing-masing ketika tidak mampu bergabung ke Suriah/Iraq sebagi bentuk pembelaan terhadap daulah/khilafah ), dan wajib mengikuti manhaj (pedoman) resmi daulah/khilafah. Sehingga tidaklah mengherankan jika para pendukungnya di Indonesia semakin kuat dalam mendebat dan mencela orang-orang di luar yang pro daulah/khilafah. Mereka semakin resisten terhadap pendapat di luar yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama ISIS. Ulama-ulama ISIS telah menjelma menjadi tokoh suci yang wajib diikuti pendapatnya atas nama perintah (kebijakan)  khalifah. Tak peduli jika pendapat mereka itu nyeleneh atau bertentangan dengan banyak ulama di luar ISIS, mereka tetap bangga dengan pendapatnya itu karena itu pendapat resmi  daulah/khilafah yang mana orang di luar mereka tidak punya daulah/khilafah.
Bahkan di lapas saya saksikan sendiri mereka mengajarkan buku-buku pelajaran yang merupakan buku resmi yang diterbitkan oleh daulah/khilafah. Tapi sekali lagi saya hanya mendapati buku yang membahas tauhid saja yang mereka ajarkan, dan isinya pun nyaris sama dengan yang selama ini sudah mereka ajarkan. Bedanya kali ini mereka menekankan bahwa yang mereka ajarkan itu adalah manhaj resmi daulah/khilafah.
Di sini ada kesamaan antara pola yang dilakukan para ustadz radikal dan para pemimpin ISIS dalam menjaga loyalitas para pendukungnya, yaitu dengan menimbulkan keragu-raguan terhadap kelompok di luar mereka ( termasuk ulama ) dengan cara mencela mereka, mengungkapkan aib dan kejelekan mereka. Dan pada saat yang sama mereka menekankan kepada para pendukungnya bahwa jika mereka (para pendukung mereka)  menyimpang dari yang selama ini mereka jalani, maka akan sia-sia saja apa yang telah mereka lakukan selama ini, mereka akan sama statusnya dengan orang-orang di luar kelompok mereka.
Setiap ada bantahan atau kritikan dari ulama atau dari kelompok lain, para pemimpin ISIS itu akan serta merta segera menyerang balik para pengkritik itu dengan mengungkapkan kejelekan mereka, atau berdalih dengan adanya daulah/khilafah maka mereka itu tak ubahnya seperti para pembangkang yang tidak mau tunduk pada daulah/khilafah. Para pemimpin ISIS itu ketika menjawab kritikan sedikit sekali menggunakan dalil ilmiah atau kalau pun menggunakan dalil ilmiah maka dalil itu masih lemah. Mereka lebih sering menampilkan bahwa  mereka lebih baik dari para pengkritik itu dengan jalan menjatuhkan pribadi sang pengkritik, bukan dengan beradu argumen ilmiah.
Hal ini juga persis yang dilakukan para pengikut mereka di Indonesia. Ingin terlihat benar dengan menyalahkan orang lain. Ingin terlihat tinggi dengan merendahkan orang lain. Ingin terlihat mulia dengan menghina orang lain. Itulah gambaran sederhana mayoritas para pendukung ISIS. Bagaimana tidak seperti itu, lha wong itu “sikap resmi” daulah/khilafah mereka.
Dalam perkembangan selanjutnya di Indonesia, para pendukung ISIS ini semakin aktif menyebarkan tentang deklarasi daulah/khilafah mereka itu melalui akun-akun media sosial mereka disertai berita-berita tentang keberhasilan yang dicapai daulah/khilafah.
Hal ini rupa-rupanya menarik orang-orang yang baru belajar Islam di dunia maya. Awalnya mereka tertarik dengan berita tentang konflik Suriah dan mereka merasa senang bisa mengetahui dari para “jihadis dunia maya” yang memiliki jalur berita yang terpercaya langsung ke Suriah. Lalu perlahan-lahan mereka digiring untuk masuk ke dalam channel atau grup khusus para pendukung ISIS sehingga lambat laun mereka mulai terpengaruh oleh pemikiran para pendukung ISIS itu. Setelah mulai terpengaruh, mulailah doktrin-doktrin maut mereka jejalkan ke dalam hati dan pikiran orang yang baru bergabung itu. Doktrin-doktrin yang berkutat pada pemahaman tauhid yang sempit dan kewajiban untuk bergabung dengan daulah/khilafah yang telah terwujud sebagai bukti dari meyakini kebenaran Islam dan menolak yang di luar Islam. Saya mengetahui hal ini karena saya lama mengikuti grup-grup dan channel-channel Telegram mereka sebagai silent reader.
Apalagi jika mereka menemukan orang ( baik di dunia nyata maupun di dunia maya ) yang ingin bertaubat dan belajar Islam, itu merupakan makanan empuk bagi mereka. Mereka langsung mendoktrin bahwa syarat taubat adalah bertauhid yang benar ( tentu saja tauhid menurut pemahaman mereka), kemudian digiring untuk mengakui dan membenarkan keberadaan daulah/khilafah dengan jalan berbaiat. Jika tidak maka taubatnya dianggap main-main, tidak sempurna, dst. Itulah beberapa doktrin maut mereka yang pernah saya jumpai.
( Saya pribadi ingin tahu dari perspektif para psikolog, bagaimana cara keluar dari pengaruh doktrin-doktrin itu pada orang yang sedang bertaubat itu ? Menurut saya ini penting, agar jangan sampai orang yang baru bertaubat dan belajar Islam ketika bertemu dengan orang semacam itu tidak mudah terpengaruh dan bisa segera keluar dari jeratan orang-orang radikal itu. Barangkali ada di antara pembaca sekalian yang merupakan ahli psikologi yang berkenan berbagi ilmu dengan saya. Silahkan masukkan email di dalam komentar untuk saya tindaklanjuti.)
Dan setelah mengetahui akan semua ini, sekarang Anda mungkin baru  memahami mengapa radikalisme di era ISIS berkembang lebih cepat daripada era sebelumnya. Sekian uraian saya seputar Fenomena ISIS dan Dampaknya Pada Penyebaran Radikalisme. Semoga Bermanfaat.
NB : Anda dapat melihat salah satu artikel dari media online umum yang mendukung fakta yang ceritakan di atas di sini =>> http://kbr.id/nasional/12-2017/peneliti_beberkan_cara_isis_meradikalisasi_tki_lewat_medsos/94053.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar